BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Masalah kesehatan
merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam mewujudkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Melalui pembangunan di bidang kesehatan diharapkan
akan semakin meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan
dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat secara memadai (Dinas Kesehatan,
2007).
Masyarakat merupakan salah satu unsur utama
dalam berdirinya suatu negara. Negara yang makmur, merupakan tanda bahwa
negara tersebut memiliki masyarakat yang juga makmur. Kemakmuran ini didukung
oleh banyak faktor. Salah satunya adalah kesehatan lingkungan masyarakat di
suatu negara tersebut.
Kesehatan lingkungan
adalah cabang ilmu kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan semua aspek dari
alam dan lingkungan yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Kesehatan
lingkungan didefinisi-kan oleh World Health Organization sebagai: aspek-aspek
kesehatan manusia dan penyakit yang disebabkan oleh faktor-faktor dalam
lingkungan. Hal ini juga mencakup pada teori dan praktek dalam menilai dan
mengendalikan faktor-faktor dalam lingkungan yang dapat berpotensi mempengaruhi
kesehatan. Kesehatan lingkungan mencakup efek patologis langsung bahan kimia,
radiasi dan beberapa agen biologis, dan dampak (sering tidak langsung) di
bidang kesehatan dan kesejahteraan fisik yang luas, psikologis, sosial dan
estetika lingkungan termasuk perumahan, pembangunan perkotaan, penggunaan lahan
dan transportasi. (Pirenaningtyas, 2007)
Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal yang
essensial di samping masalah perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan
faktor keturunan. Lingkungan memberikan kontribusi terbesar terhadap timbulnya
masalah kesehatan masyarakat. (Pirenaningtyas, 2007)
Dalam bidang kesehatan
masyarakat – Manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan
atau suatu seni untuk mengatur para petugas kesehatan dan nonpetugas kesehatan
guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program kesehatan.” Dengan kata
lain manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan manajemen umum dalam
sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang menjadi objek dan sasaran
manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan masyarakat. (Notoatmodjo, 2003).
Pengelolaan lingkungan
termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan, pencemaran, dan pemulihan
kualitas lingkungan. Hal tersebut telah menuntut dikembangkannya berbagai
perangkat kebijakan dan program kegiatan yang didukung oleh sistem pendukung
pengelolaan lingkungan lainnya. Sistem tersebut mencakup kemantapan
kelembagaan, sumber daya manusia, dan kemitraan lingkungan disamping itu
perangkat hukum dan perundangan, informasi serta pendanaan. Sifat keterkaitan
(interdependensi) dan keseluruhan (holistik) dari esensi lingkungan telah
membawa konsekuensi bahwa pengelolaan lingkungan, termasuk sistem
pendukungnya tidak dapat berdiri sendiri, akan tetapi terintegrasikan dengan
seluruh pelaksanaan pembangunan sektor dan daerah.
Sistem sanitasi juga
memiliki permasalahan dan kendala tersendiri. Secara konsep, sistem sanitasi
yang diterapkan di perkotaan seharusnya terpadu, komunal atau terpusat, jadi
limbah dan saluran air kotor dapat diolah dengan teratur. Saluran-saluran yang
membentuk jaringan sanitasi harus diarahkan pada kawasan pengolahan tersendiri,
yaitu IPAL (Instalasi Pengolahan Air limbah). Melalui IPAL, warga kota bisa
merasa nyaman karena tak perlu lagi membuang air kotor secara sembarangan. IPAL
ini tidak hanya diperuntukkan bagi limbah rumah tangga, tetapi juga bagi sentra
industri-industri, baik kecil atau besar.
Berdasarkan data
Susenas, untuk fasilitas sanitasi, pencapaian Indonesia sempat meningkat tinggi
dari tahun 1992 (30,9%) sampai dengan tahun 1998 (64,9%), dimana dalam enam
tahun terjadi peningkatan sebanyak tiga kali lipat. Walaupun demikian, sejak
tahun 1998 pertumbuhan akses ini melambat, bahkan sempat menurun di tahun 2000
(62,7%) dan 2002 (63,5%) karena tingkat pertumbuhannya tidak sebanding dengan
tingkat pertumbuhan penduduk. Data terakhir untuk tahun 2004, proporsi rumah
tangga yang memiliki akses pada fasilitas sanitasi yang layak, artinya
menggunakan tangki septic atau lubang sebagai tempat pembuangan akhir mencapai
dua pertiga dari seluruh rumah tangga di Indonesia (67,1%).
Dari data di atas, tampaknya akses masyarakat pada fasilitas sanitasi yang layak cukup tinggi, sayangnya tingkat aksesibilitas ini tidak memperhitungkan kepemilikian atau tingkat penggunaan jamban itu sendiri. Padahal, menurut definisi dari UN-HABITAT, jamban yang layak sebaiknya digunakan oleh jumlah orang yang terbatas. Data tersebut juga belum menjelaskan kualitas jamban, apakah berfungsi dengan baik, apakah sesuai dengan peruntukannya, dan apakah sesuai dengan standar kesehatan maupun teknis yang telah ditetapkan. Maka dari itu pentingnya manajemen dalam penerapan sanitasi lingkungan.
Dari data di atas, tampaknya akses masyarakat pada fasilitas sanitasi yang layak cukup tinggi, sayangnya tingkat aksesibilitas ini tidak memperhitungkan kepemilikian atau tingkat penggunaan jamban itu sendiri. Padahal, menurut definisi dari UN-HABITAT, jamban yang layak sebaiknya digunakan oleh jumlah orang yang terbatas. Data tersebut juga belum menjelaskan kualitas jamban, apakah berfungsi dengan baik, apakah sesuai dengan peruntukannya, dan apakah sesuai dengan standar kesehatan maupun teknis yang telah ditetapkan. Maka dari itu pentingnya manajemen dalam penerapan sanitasi lingkungan.
B. Rumusan
Masaalah
Berdasarkan latar belakang tersebut
diatas, maka yang menjadi tren masaalah yang akan dibahas adalah bagaimana
manajemen kesehatan lingkungan?
C. Tujuan
1. Tujuan
Umum
Yang menjadi tujuan umum dalam makalah
ini adalah untuk mengetahui bagaimana “manajemen kesehatan Lingkungan” itu.
2. Tujuan
Khusus
1. Untuk
mengertahui Pengertian Manajemen Kesehatan Lingkungan
2. Untuk
mengetahui Fungsi Manajemen Kesehatan Lingkungan
3. Untuk
mengetahui peran manajemen dalam kesehatan lingkungan
4. Untuk
mengetahui macam-macam manajemen kesehatan lingkungan
5. Untuk
mengetahui Pendekatan-pendekatan penerapan manajemen kesehatan lingkungan
6. Untuk
mengetahui hambatan-hambatan dalam pentalaksanaan manajemen kesehatan
lingkungan
D. Manfaat
1. Bagi
Pribadi
Sebagai wadah untuk tugas individu dalam
mata kuliah manajemen kesehatan lingkungan
2. Bagi
Institusi
Sebagai wadah dalam transformasi ilmu
pengetahuan terutama mengenai manajemen kesehatan lingkungan
3. Bagi
kalangan pembaca
Sebagai wadah dalam transformasi bagi
kalangan pembaca dalam ilmu pengetahuan terutama mengenai manajemen kesehatan
lingkungan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Manajemen
Kesehatan Lingkungan
1. Pengertian
a. Pengertian
Manajemen
Secara etimologis kata
manajemen berasal dari bahasa Perancis Kuno ménagement, yang berarti seni
melaksanakan dan mengatur. Sedangkan secara terminologis para pakar
mendefinisikan manajemen secara beragam, diantaranya:
1.
Ricky W. Griffin mendefinisikan
manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara
efektif dan efesien
2.
Manajemen adalah Suatu Proses dalam
rangka mencapai tujuan dengan bekerja bersama melalui orang-orang dan sumber
daya organisasi lainnya.
3.
Follet yang dikutip oleh Wijayanti (2008: 1)
mengartikan manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang
lain.
4.
Menurut Stoner yang dikutip oleh Wijayanti
(2008: 1) manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya-sumber daya manusia organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan.
b. Pengertian
Kesehatan Lingkungan
Definisi kesehatan lingkungan menurut
beberapa pendapat :
1) WHO
Kesehatan lingkungan merupakan
terwujudnya keseimbangan ekologis antara manusia dan lingkungan harus ada, agar
masyarakat menjadi sehat dan sejahtera.
2) Soekidjo
Notoadmojo
kesehatan lingkungan adalah suatu
kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif
terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula
3) Mooler
(1992)
kesehatan lingkungan adalah bagian dari
kesehatan masyarakat yang memberi pengertian pada penilaian, pemahaman, dan
pengendalian dampak pada manusia pada lingkungan dan dampak lingkungan pada
manusia.
4) Menurut
HAKLI ( himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia)
Kesehatan lingkungan adalah suatu
kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara
manusia dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia
yang sehat dan bahagia
5) Undang-undang
Nomor 23 tahun 1992 pasal 22
a.
Kesehatan lingkungan diselenggarakan
untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat
b.
Kesehatan lingkungan diselenggarakan
ditempat umum, lingkungan pemukiman, lingkungan kerja, angkutan umum dan
lingkungan lainnya
c.
Kesehatan lingkungan meliputi penyehatan
air dan udara, pengamanan limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan
kebisingan pengendalian vector penyakit, dan penyehatan atau pengamanan lainnya
d.
Setiap tempat atau sarana pelayanan umum
wajib memelihara dan meningkatkan lingkungan yang sehat sesuai dengan standard
an persyaratan
e.
Ketentuan mengenai penyelengaraan
kesehatan lingkungan sebagaimana dimaksud diatas ditetapkan dengan peraturan
pemerintah.
c. Pengertian
Manajemen Kesehatan Lingkungan
Dari kedua definisi tersebut antara
manajemen dan kesehatan lingkungan maka dapat ditari sebuah kesimpulan
manajemen kesehatan lingkungan adalah suatu seni yang melaksanakan dan mengatur
system dari bagian kesehatan masyarakat untuk menopang keseimbangan ekologis
antara manusia dan lingkungannya (biotic dan abiotik) guna tercapainya kualitas
hidup manusia yang sehat dan bahagia
2. Fungsi
Manajemen Kesehatan Lingkungan
a. Fungsi
Perencanaan
Fungsi perencanaan
lingkungan adalah fungsi terpenting dalam manajemen kesehatan lingkungan, oleh
karena itu fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Fungsi
perencanaan lingkungan merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen kesehatan
lingkungan secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin
fungsi manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik. Perencanaan
manajerial akan memberikan pola pandang secara menyeluruh terhadap semua
pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan dan kapan akan
dilakukan. Perencanaan merupakan tuntunan terhadap proses pencapaian tujuan
secara efisien dan efektif.
Perencanaan manajerial
terdiri dari dua bagian utama yaitu perumusan strategi dan penerapan strategi.
Pada fase perumusan strategi ditetapkan tujuan dan kebijaksanaan umum
organisasi. Di sini dibutuhkan keterampilan manajerial yang bersifat
konseptual. Untuk fase penerapan strategi ditentukan upaya pencapaian tujuan.
Dalam hal ini dibutuhkan keterampilan manajerial yang bersifat teknis.
Perumusan strategi biasanya dikerjakan oleh pimpinan puncak suatu organisasi
sedangkan implementasinya dikerjakan sepenuhnya oleh para manajer pelaksana
dikordinir oleh manajer tingkat menenga.
b. Fungsi
pengorganisasian
menjelaskan
pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal,
mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan di antara
para anggota organisasi, agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien.
Pengorganisasian merupakan proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai
dengan tujuan organisasi, sumber daya-sumber daya yang dimilikinya, dan
lingkungan yang melingkupinya.
c. Fungsi
penggerakan dan Pelaksanaan
Menurut Nawawi (2000)
pelaksanaan atau penggerakan (actuating) yang dilakukan setelah organisasi
memiliki perencanaan dan melakukan pengorganisasian dengan memiliki struktur
organisasi termasuk tersedianya personil sebagai pelaksana sesuai dengan kebutuhan
unit atau satuan kerja yang dibentuk. Di antara kegiatan pelaksanaan adalah
melakukan pengarahan, bimbingan dan komunikasi termasuk
koordinasi.
Koordinasi sebagai proses
pengintegrasian tujuan dan kegiatan pada satuan kerja yang terpisah suatu
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien. Tanpa koordinasi,
individu dan departemen-departemen akan kehilangan pegangan atas peranan mereka
dalam organisasi. Mereka mulai mengejar kepentingan diri sendiri yang sering
merugikan pencapaian tujuan organisasi secara keseluruhan
d. Fungsi
pengawasan dan pengendalian
upaya penerapan standar
pelaksanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan
nyata dengan standar yang ada, menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan
untuk menjamin bahwa usaha atau kegiatan telah dilaksanakan secara baik dalam
mencapai tujuan (Handoko, 1984)..
B. Konsep
dasar Peran manajemen Kesehatan Lingkungan
Konsep dasar dan
prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan tidak dapat dilakukan tanpa pembahasan
yang kritis dan holistik tentang lingkungan. Konsep dan penjelasan tentang
lingkungan cenderung semakin kompleks dan dinamik, berkembang dari konsepsi
tradisional yang cenderung sempit, yang mengartikan lingkungan sekedar sebagai
suatu kesatuan ekosistem alam menjadi keterkaitan yang integral antara manusia
dan sistem lingkungan.
Untuk mengkaji
lingkungan harus dilihat secara komfrehensif sebagai satu kesatuan yang saling
berhubungan (interaction) dan saling ketergantungan (interdependency). Arti dan
cakupan yang terkandung dalam kajian lingkungan menekankan pada integrasi
dinamik dan kompleks antara lingkungan fisik-alami dengan manusia dan sistem
sosialnya. Hal ini mempunyai konsekuensi, bahwa memahami lingkungan harus
secara holistik tidak terbatas pada aspek fisik-alami semata, tetapi juga aspek
sosial, ekonomi, budaya, serta, politik masyarakat dalam suatu sistem waktu dan
tempat yang khusus. Saat ini banyak dipakai konsepsi ABC untukmenjelaskan tiga
komponen lingkungan yang tak terpisahkan yakni "Abiotik",
"Biotik”, serta "Culture".
Suatu wilayah akan
selalu terjadi hubungan (interaction) antara mahluk hidup dengan lingkungan.
Lingkungan memberikan materi dan energi bagi kehidupan mahluk hidup, maka
mahluk hidup akan tumbuh dan berkembang optimal. Sebaliknya bila tidak sesuai
dengan kebutuhan energi maka akan melakukan adaptasi, jika tidak mampu akan
mutasi/ pindah atau musnah/ mati.
Pengelolaan
lingkungan mempunyai dua dimensi yaitu “keterpaduan” dan “konflik”. Idealnya,
berbagai instrumen pengelolaan lingkungan dapat dirumuskan secara terpadu
sehingga dapat mengakomodasi berbagai kelompok kepentingan. Dalam prakteknya,
pengelolaan lingkungan tidak dapat dilepaskan dari konflik. Oleh karenanya para
pengelola lingkungan harus mempunyai kapasitas untuk mengelola konflik dari
berbagai kepentingan yang saling bertentangan.
C. Macam-macam
Manajemen Kesehatan Lingkungan
1. Total Quality
Enviromental Management (TQEM)
Pengelolaan kualitas lingkungan menyeluruh (PKLM) merupakan konsep baru, tetapi
semakin lamamenjadi praktik yang penting dalam manajemen industry. PKLM
dihasilkan melalui penerapan ide-ide dan Tehnik Kualitas menyeluruh (total
quality management) ke dalam manajemen lingkungan, yang dipelopori oleh Global
Enviromental Mangement intiative (GEMI), suatu organisasi yang dibentuk oleh
perusahaan-perusahaan Amerika yang berhasil dalam manajemen lingkungan.
PKLM berkembang dari
kesadaran bahwa terdapat hubungan timbval balik antara manajemen lingkungan
dengan manajemen mutu. PKLM telah membantu mengembangkan sejumlah inisatif
untuk menggabungkan semua masaalah lingkungan disemua tingkat proses pengambilan
keputusan. Inisiatif-inisiatif ini termasuk pengurusan produk, keamanan
lingkungan dan inisiatif kesehatan, system manajemen lingkungan dan standar ISO
14000. Semua aspek ini serta inisiatif inovatif lainnya berkembang bersama-sama
dengan konsep PKLM.
PKLM merupakan konsep
yang mengawinkan ide dan Teknik Manajemen Kualitas menyeluruh (total quality
management) dengan manajemen lingkungan. Seperti halnya MKM, PKLM juga
bertujuan untuk memenuhi kepuasan pelanggan, melakukan peningkatan secara terus
menerus dan pengukuran yang setepat-tepatnya. PKLM juga memerlukan kemudahan
untuk mendapatkan informasi dan komunikasi yang sangat penting, khususnya yang
memberikan gambaran mengenai kinerja manajemen lingkungan. Pada akhirnya, PKLM
tetaplah merupakan suatu tekhnik manajemen yang membawa perusahaan kea rah
tujuan bersih lingkungan dan implementasi praktik-praktik perusahaan yang lebih
sukses.
Beberapa penelitian
menyebutkan PKLM merupakan suatu pendekatan untuk meningkatkan kualitas
lingkungan proses dan produk secara terus menerus melalui partisipasi semua
tingkat dan fungsi dalam suatu organisasi. PKLM (seperti juga MKM) bertujuan
mengikuti atau mungkin melampaui perubahan keinginan/harapan pelanggan akan
suatu produk pencarian terus menerus untuk meningkatkan kesempatan tercapainya
tujuan tersebut.
2. Countinous
Quality Improvement (CQI)
Total quality dimulai
dengan menyadari bahwa kita tidak akan pernah sebaik yang kita harapkan.
Peningkatan secara terus menerus berdasarkan data dan pengukuran merupakan
dasar daritotal quality. Hal yang sama juga dilakukan dalam pencapaian
performa lingkungan suatu organisasi yang lebih baik secara terus menerus
sehingga memberikan kepuasan bagi pelanggannya.
Untuk organisasi atau
perusahaan yang bergerak dibidang manufuktur, pemenuhan pengelolaan lingkungan
sesuai dengan standar internasional (ISO 14001) bukan merupakan hal baru. Hal
ini disadari dilakukan di tingkat internasional yang menuntun dipenuhinya
standar internasional yang berlaku didunia. Dengan dipenuhinya unsure-unsur
dalam ISO 14001 terdapat kepastian bahwa perusahaan mempunyai kualitas
pengelolaan lingkungan yang baik.
D. Pendekatan-pendekatan
Manajemen Kesehatan Lingkungan
1. Penguatan
Lembaga
·
Penguatan Kelembagaan Pengelolaan Air
Minum dan Sanitasi Perdesaan Berbasis Masyarakat
·
Penguatan Peran Kader AMPL dalam
Pemutakhiran Data Air Minum Dan Sanitasi Perdesaan dan Prioritasi Program Air
Minum Dan Sanitasi Perdesaan di Tingkat Kecamatan.
·
Peningkatan Kinerja BPSPAMS
2. Pengelolaan
Data
·
Pengelolaan Data/Informasi Sistem
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (SPAMS) Perdesaan Terpadu
·
Penguatan Peran Kader AMPL dalam
Pemutakhiran Data Air Minum Dan Sanitasi Perdesaan dan Prioritasi Program Air
Minum Dan Sanitasi Perdesaan di Tingkat Kecamatan.
3. Penguatan
dukungan terhadap pemerintah Daerah dengan melalui :
·
Dukungan kerangka kebijakan regulasi
·
Pengintegrasian Perencanaan Air Minum
dan Sanitasi tingkat desa dalam Perencanaan dan Penganggaran Daerah
·
Membangun kerjasama/kolaborasi
4. Mekanisme
Insentif untuk Desa/Kelurahan dan Kabupaten/Kota
Insentif desa/kelurahan
dan kabupaten/kota dilaksanakan sebagai dukungan keberlanjutan pengembangan
jangkauan dan kualitas pelayanan SPAM perdesaan.Insentif diberikan kepada
desa/kelurahan atau kabupaten/kota yang telah melaksanakan Pamsimas dengan
kinerja baik namun masih memiliki
E. Hambatan-hambatan
penerapan manajemen Kesehatan Lingkungan
Tantangan utama dalam pengelolaan
kegiatan penyediaan air minum dan sanitasi
perdesaan antara lain adalah:
1. Belum
tersedianya lembaga yang khusus menangani pengelolaan air minum dan sanitasi
perdesaan sebagaimana PDAM di perkotaan;
2. Belum
tersedianya sistem data/informasi air minum dan sanitasi perdesaan, untuk
menjadi bagian dari sistem informasi kinerja penyelenggaraan pembangunan
daerah, yang andal sebagai basis pengambilan keputusan program dan anggaran
pembangunan air minum dan sanitasi perdesaan.
3. Belum
memadainya dukungan program dan anggaran daerah yang memberikan fokus pada
peningkatan kinerja pelayanan air minum dan sanitasi perdesaan;
4. Belum
memadainya investasi bagi sistem penyediaan air minum dan sanitasi perdesaan;
pendanaan masih bertumpu pada anggaran Pemerintah, alokasi APBD untuk
pembangunan air minum dan sanitasi masih rendah, dan belum dimanfaatkannya
potensi pendanaan dari swasta dan masyarakat
BAB III
KESIMPULAN
1. Manajemen
Kesehatan Lingkungan adalah suatu seni yang melaksanakan dan mengatur system
dari bagian kesehatan masyarakat untuk menopang keseimbangan ekologis antara
manusia dan lingkungannya (biotic dan abiotik) guna tercapainya kualitas hidup
manusia yang sehat dan bahagia
2. Fungsi
manajemen kesehatan lingkungan terdiri dari
a. Fungsi
perencanaan
b. Fungsi
penggerakan dan pelaksanaan
c. Fungsi
pengorganisasian
d. Fungsi
pengarahan dan pengawasan
3. Peran
manajemen dalam kesehatan lingkungan adalah Pengelolaan lingkungan mempunyai
dua dimensi yaitu “keterpaduan” dan “konflik”. Idealnya, berbagai instrumen
pengelolaan lingkungan dapat dirumuskan secara terpadu sehingga dapat
mengakomodasi berbagai kelompok kepentingan. Dalam prakteknya, pengelolaan
lingkungan tidak dapat dilepaskan dari konflik. Oleh karenanya para pengelola
lingkungan harus mempunyai kapasitas untuk mengelola konflik dari berbagai
kepentingan yang saling bertentangan.
4. Macam-macam
manajemen kesehatan lingkungan antara lain
adalah:
a. Total Quality
Enviromental Management (TQEM)
b. Countinous Quality
Improvement (CQI)
5. Pendekatan
Manajeme Kesehatan Lingkungan :
a. Penguatan
lembaga
b. Proses
pengolahan data
c. Penguatan
dukungan terhadap pemerintah Daerah
6. Hambatan-hambatan
penerapan manajemen kesehatan lingkungan :
a. Belum
tersedianya lembaga yang khusus menangani pengelolaan air minum dan sanitasi
perdesaan sebagaimana PDAM di perkotaan;
b. Belum
tersedianya sistem data/informasi air minum dan sanitasi perdesaan, untuk
menjadi bagian dari sistem informasi kinerja penyelenggaraan pembangunan
daerah, yang andal sebagai basis pengambilan keputusan program dan anggaran
pembangunan air minum dan sanitasi perdesaan.
c. Belum
memadainya dukungan program dan anggaran daerah yang memberikan fokus pada peningkatan
kinerja pelayanan air minum dan sanitasi perdesaan;
d. Belum
memadainya investasi bagi sistem penyediaan air minum dan sanitasi perdesaan;
pendanaan masih bertumpu pada anggaran Pemerintah, alokasi APBD untuk
pembangunan air minum dan sanitasi masih rendah, dan belum dimanfaatkannya
potensi pendanaan dari swasta dan masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito W. 2007. System
manajemen lingkungan rumah sakit. Jakarta. Rajawali pers
http://blogbintang.files.wordpress.com/2012/09/blogbintangmakalah-kesehatan-lingkungan.pdf diakses
pada tanggal 27 Oktober 2014
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-12362-Chapter1.pdf diakses
pada tanggal 27 Oktober 2014
http://www.indonesian-publichealth.com/2014/04/pengertian-manajemen-kesehatan.html diakses
pada tanggal 27 Oktober 2014
http://eprints.uny.ac.id/8527/2/BAB%201%20-%2007401241024.pdf diakses
pada tanggal 27 oktober 2014
http://www.ampl.or.id/digilib/read/Permasalahan-Sanitasi/4994diakses
pada tanggal 27 oktober 2014
http://blogseobrilliant.blogspot.com/2014/03/pengertian-dan-fungsi-manajemen.html diakses
pada tanggal 31 oktober 2014
http://ielmy.wordpress.com/other/definisi-manajemen/ diakses
pada tanggal 31 oktober 2014
http://eprints.uny.ac.id/9870/2/BAB%202%20-%2006209241002.pdf diakses
pada tanggal 31 oktober 2014
http://www.indonesian-publichealth.com/2013/09/fungsi-manajemen.html diakses
pada tanggal 31 oktober 2014
http://eprints.undip.ac.id/18795/1/SUTRISNO.pdf diakses
pada tanggal 31 oktober 2014
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4723/5/Chapter%20II.pdf diakses
pada tanggal 31 oktober 2014
http://www.ampl.or.id/pdf/pedoman/pamsimas/P2%20FINAL%20Pedoman%20Pelaksanaan%20Program%20Pamsimas%202013%20_rev%2013-92013__ok.pdf diakses
pada tanggal 31 oktober 2014
Munimjaya Gde.
2011. Manajemen Kesehatan. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran.
Suyono n Chandra
B. 2010. Ilmu Kesehatan masyarakat dalam Konteks Kesehatan Lingkungan.
Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar